Minggu, 28 Juni 2009

PENGERTIAN SETAN

PENGERTIAN SETAN

Setan (Arab: شيطان, Shaitan), seperti yang diketahui dalam agama Islam, Kristen dan Yahudi, asalnya adalah salah satu golongan seperti Malaikat yang kuat beribadah. Walau bagaimanapun, menurut Islam, Setan diciptakan dari api oleh Allah dan juga dikatakan berasal dari golongan Jin sebelum dipilih menjadi Malaikat. Menurut Kristen, Setan adalah malaikat yang diusir dari Surga. Ini membedakannya dari malaikat-malaikat lain. Disebabkan karena mereka menentang perintah Allah, dia diusir dari golongan malaikat dan dari Surga, kerana ingkar akan perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai penghormatan sebagai ciptaan-Nya yang mulia

SETAN MENURUT ISLAM

Menurut agama Islam, Tuhan meletakkan taraf manusia lebih tinggi daripada makhluk-makhluk yang lain kerana mereka diberikan akal, terutama untuk membandingkan mana yang buruk dan mana yang baik. Setan membangkang pada manusia ciptaan Tuhan dan menolak untuk bersujud di hadapan Adam seperti yang dilakukan oleh para malaikat lain. Tuhan bertanya kepada Setan: "Apakah yang mencegahmu untuk bersujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?" Setan menjawab: "Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya (menciptakan Adam) dari lumpur." Ini menunjukkan bahwa Setan merasa dirinya lebih bertaraf tinggi dari Adam kerana dia diciptakan dari api dan Adam diciptakan dari tanah, yang dianggap tidak bersih dan rapuh. Setan berjanji dan berkata di hadapan Tuhan, Nabi Adam dan para malaikat bahwa dia akan membinasakan Adam dan seluruh keturunannya (yaitu golongan manusia) sampai hari Akhirat kelak. Allah bersabda bahwa manusia yang mengikuti perintah-Nya tidak akan dibinasakan oleh Setan, tetapi yang mengikuti Setan akan turut dibinasakan dan disiksa di api neraka pada hari Akhirat. Setan juga yang memyebabkan Nabi Adam dan isterinya Siti Hawa dikeluarkan dari Surga, walaupun mereka telah diampuni oleh Allah.

Ibnu Katsir menyatakan bahwa setan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071). Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)

(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)

SETAN MENURUT KRISTEN

Menurut Doktrin Kristen Trinitarian, Pada mulanya, Setan adalah malaikat Tuhan yang bernama Lucifer. Istilah “malaikat” berarti “utusan.” Semua malaikat diciptakan oleh Tuhan. Kolose 1:16 mengatakan: “Karena di dalam Dia-lah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Lucifer diciptakan dengan keindahan yang sempurna sehingga ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling cantik. Ia dipenuhi hikmat sehingga ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terpandai. Dari seluruh malaikat yang ada di Surga, Lucifer-lah yang paling pintar, cantik dan berkuasa. Yehezkiel 28:12 mencatat: “…..gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.” Walaupun malaikat adalah makhluk yang indah dan berkuasa, namun mereka tidak boleh disembah karena malaikat adalah makhluk ciptaan Tuhan. Hanya Tuhan, Sang Pencipta saja yang patut disembah.

Setan adalah malaikat pertama yang memberontak terhadap Tuhan dan kemudian banyak malaikat lain yang mengikutinya. Malaikat-malaikat ini disebut “malaikat-malaikat yang telah jatuh”. Malaikat-malaikat yang tetap setia kepada Tuhan disebut “malaikat-malaikat kudus.” Setan bersama malaikat-malaikat yang telah jatuh ini mendirikan kerajaan untuk menentang Tuhan dan kerajaan-Nya. Sejak pemberontakan Setan itu, maka ada dua kerajaan di dunia ini yakni: kerajaan Setan dan kerajaan Tuhan. Sifat kedua kerajaan ini sangat bertentangan. Kerajaan Setan adalah kerajaan kegelapan; Kerajaan Tuhan adalah kerajaan terang. Kerajaan Setan adalah kerajaan dusta, kerajaan Tuhan adalah kerajaan kebenaran, keadilan dan kasih. Malaikat-malaikat yang mengikuti Setan dalam pemberontakan terhadap Tuhan menjadi para suruhannya dalam melaksanakan maksud-maksudnya yang jahat. Orang-orang yang belum diselamatkan, sadar atau tidak berada dalam kerajaan Setan ini. Selain itu, pengikut setan lainnya ialah semua orang yang telah jatuh dalam dosa.

Kerajaan Setan adalah kerajaan dusta. Pekerjaan Setan adalah merampas dan mencemarkan Injil, membutakan pikiran orang tentang Injil, dan memutarbalikkan firman Tuhan.

a. Merampas Injil

Matius 13:19 mengatakan: “Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu ….” Dari ayat ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Iblis bekerja dengan cara mengambil Injil yang sedang ditaburkan kepada seseorang.

b. Membutakan Pikiran Orang tentang Injil.

Iblis tidak pernah berhenti berusaha supaya orang tidak diselamatkan dan tinggal tetap dalam kerajaan kegelapannya. Mungkin kita bertanya mengapa walaupun seseorang telah dijelaskan sedemikian rupa tentang firman Allah, ia masih tetap tidak percaya, bahkan menolaknya? Tahukah Anda bahwa pekerjaan Iblis adalah membutakan pikiran manusia sehingga mereka tidak mengerti Injil? II Korintus 4:4 menjelaskan hal ini: “……..Orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini (Setan), sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Tuhan Yesus…..”

c. Memutarbalikkan Firman Tuhan.
Setan adalah makhluk yang cerdik sekaligus licik. Ketika mencobai Hawa, ia mengatakan; “Tentulah Allah berfirman: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya, bukan?’” Kej. 3:1. Padahal Allah mengatakan kepada Adam: “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya ….” Kej. 2:16-17. Dari peristiwa ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Setan adalah sang pemutar balik firman Tuhan.

Kita telah melihat bahwa Setan adalah pembohong besar. Kita juga telah melihat akibat dahsyat yang akan menimpa mereka yang telah diperdayakan oleh Setan. Bagaimanakah kita dapat terhindar dari segala tipu daya Setan itu? Kita dapat terhindar dengan mengenal dan memahami kebenaran-kebenaran yang terdapat di dalam Firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata: “Dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Yohanes 8:32

Jangan sekali-kali meletakkan kepercayaan kita kepada perkara-perkara lain selain dari pada Tuhan Yesus Kristus dan darah-Nya yang telah dicurahkan untuk dosa-dosa kita. Rasul Paulus dalam Galatia 1:8 menulis: “…..Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari Surga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia (kutuk dari Tuhan).”

SETAN MENURUT BUDHA

Dalam budhisme, dikenal ada makhluk halus. saya menggunakan istilah makhluk halus karena membedakan dengan paham agama samawi, yang mendefinisikan bahwa makhluk halus selain Tuhan adalah setan. istilah "setan" tidak tepat digunakan dalam agama Buddha. karena istilah ini adalah produk agama Samawi. Ada macam-macam makhluk yang dikategorikan sebagai makhluk halus.

1. Dewa
2. Asura / Siluman
3. Preta

Ketiga golongan makhluk tersebut hidup diantara umat manusia. mereka juga dapat berinteraksi dengan manusia.
Beberapa makhluk golongan dewa dan asura, memiliki kesaktian, sehingga mereka dapat datang dan pergi ke bumi, ke planet lain..

Negeri-Buddha yang satu terbuat dari tujuh permata, negeri-Buddha yang lain seluruhnya penuh dengan bunga teratai; negeri-Buddha yang satu seperti istana dewa Mahesvara, negeri-Buddha yang lain menyerupai cermin kristal, di mana berbagai negeri-buddha di sepuluh penjuru terpantulkan di sana. (Amitayur Dyana Sutra)

SETAN MENURUT HINDU

Terminologi Hindu juga mengenal penggoda ciptaan Tuhan seperti iblis dan setan. Namanya bhuta, dari bahasa Sanskerta berarti unsur atau elemen yang bisa "mengikat" manusia dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Meski secara etimologis nama itu tidak ada kaitannya dengan suatu "mahluk", tetapi secara mitologis disebutkan, para bhuta diciptakan Tuhan untuk memperdaya dan menggoda manusia.

Tersebut dalam Siva Purana, Menaka amat ingin melihat ketampanan Dewa Siwa yang akan menikahi putrinya, Dewi Parwati. Namun, saat Siwa datang, Menaka justru menjadi pingsan karena yang dilihat makhluk dengan tiga mata, lima wajah, dan sepuluh tangan mengendarai seekor lembu. Tubuhnya dilumuri debu dan bulan sabit mengiasi kepalanya. Berpakaian kulit rusa dengan kalung tengkorak manusia, Siwa dikelilingi hantu yang amat menakutkan. Beruntung para Dewa dapat meyakinkan Menaka, Siwa yang sebenarnya tidak demikian. Saat Menaka percaya, Siwa memperlihatkan wujud aslinya yang amat tampan dengan tubuh bersinar.

Mirip alegori goa Plato, mitologi Siwa seolah ingin menegaskan, pandangan manusia bersifat dualistis, dari mereka yang tidak mengetahui (avidya) dan yang mengetahui (vidya). Awalnya Menaka tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang Siwa sehingga yang dia lihat adalah Siwa yang menakutkan. Tetapi setelah memperoleh pengetahuan tentang hakikat Siwa dari para dewa, pandangannya berubah, Siwa yang menakutkan menjadi Siwa yang menawan, tampan, dan bercahaya. Dualisme pandangan ini dalam perkembangan Hindu di Bali dikemas dalam semboyan bhuta ya, dewa ya yang lebih bersifat monistis, sebenarnya yang buruk (bhuta) maupun yang baik (dewa) pada hakikatnya adalah tunggal, sama-sama bermanfaat, tinggal bagaimana kita menyikapinya.

PELAKSANAAN upacara Tawur Kesanga, 20 Maret, sehari menjelang Nyepi (tahun baru Saka 1926) yang jatuh pada tanggal 21 Maret 2004, berkait dengan pergumulan untuk mendidik manusia yang "tidak berpengetahuan" (avidya) menjadi "berpengetahuan" (vidya). Caranya dengan mengubah bhuta (yang bersifat buruk) pada alam dan manusia menjadi dewa (yang bersifat baik). Dengan demikian, alam menjadi lestari dan manusia dapat melaksanakan ajaran agama dengan mantap.

Harus diingat, dalam ajaran Hindu, tidak ada ciptaan Tuhan yang dibenci, termasuk bhuta atau setan sekali pun. Godaan (setan) bisa berubah menjadi kekuatan jika disikapi dengan pengetahuan. Cobaan dan penderitaan jika dihadapi dengan pengetahuan dan usaha bisa menjadi awal kesuksesan yang membawa kemajuan. Jadi, pada tataran metafisik, Hindu amat dekat dengan mistik Islam, tasawuf. Penyair sufi terkenal, seperti Rabi’ah al-Adawiyah, ketika ditanya apakah dia tidak membenci setan, menjawab, "Cintaku kepada Allah telah menyebabkan aku tidak mempunyai kesempatan untuk membenci setan" (Siregar, 1999). Jawaban Rabi’ah al-Adawiyah ini sesuai sistem kerohanian dan filsafat Hindu yang mengutamakan hidup tanpa kebencian dan tanpa kekerasan (ahimsa), seperti yang telah dilaksanakan Mahatma Gandhi. Dalam tataran filsafat perenial, antara Hindu dan Islam ada kesamaan. Budhy Munawar-Rachman (dalam Hidayat dan Nafis, 2003) mengutip Huston Smith bahwa antara Hindu dan Islam yang semula dianggap berbeda ternyata "mempunyai kesatuan, bila tidak malah kesamaan" pada tingkat the common vision.

Jadi, masalahnya adalah pengetahuan. "Pengetahuan" dalam pengertian Hindu merupakan jalinan holistis antara filsafat (agama), logika, dan kontemplasi atau tindakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Upacara dan simbol, seperti dilakukan dalam rangkaian Nyepi, merupakan salah satu jalan untuk mengungkap pengetahuan itu. Masih ada jalan (marga) lain, seperti bhakti, karma (karya), jnana (ilmu pengetahuan), sampai raja yoga, berpuncak pada samadi, untuk mempersatukan atman (jiwa) dengan Brahman (Tuhan). Berbagai jalan itu dalam praktiknya saling mendukung dan melengkapi.

PENGANUT Hindu menyebut agamanya sanatana dharma, artinya "kebenaran abadi". Musisi dan sufi terkenal Hazrat Inayat Khan memberi arti dharma sebagai sesuatu yang hidup. Hidup sendiri adalah agama, dan "inilah agama sejati, agama masa lalu, dan akan menjadi agama masa depan".

Dalam Hindu, masyarakat awam diperkenankan melakukan ritual dengan caranya sendiri dan memperoleh kepuasan batin sama seperti pemeluk yang telah maju dalam pengetahuan dan kerohanian. Bhagavadgita menyebutkan, "Dengan jalan bagaimana pun orang-orang mendekati-Ku, dengan jalan yang sama itu juga Aku memenuhi keinginan mereka"(BG IV, 11). Mengacu sloka (ayat) Bhagavadgita itu, menjadi jelas tidak ada ritual atau cara peribadatan yang dianggap salah dalam ajaran Hindu. Tokoh pencerah agama seperti Vivekananda bahkan menolak konsep dosa. Yang ada hanya pendakian dari kebenaran yang lebih rendah menuju kebenaran lebih tinggi.

Dalam pendakian itu, umat Hindu menyelaraskan diri yang kecil (bhuwana alit) dengan alam besar (bhuwana agung). Apa pun yang ada dalam bhuwana agung juga dianggap ada dalam bhuwana alit. Setan yang ada di jagat besar sebenarnya ada di jagat kecil, pada diri sendiri. "Setan dalam diri" itulah yang paling berbahaya. Meski masih bisa diperdebatkan, Yoga menyebut setan diri "berwajah" tiga, kemarahan (krodha), keserakahan (lobha), dan keterikatan akibat kebingungan (moha). "Dari kemarahan, muncullah kebingungan; dari kebingungan, kecerdasan menjadi hilang; hilangnya kecerdasan menghancurkan kebijaksanaan, dan hancurnya kebijaksanaan akan menghancurkan diri sendiri" (BG II, 63).

Jika direnungkan secara mendalam, bukankah setan berwajah tiga itu yang menyebabkan terjadinya aneka masalah bangsa saat ini, seperti kekerasan, KKN, pembobolan bank, dan separatisme? Setan berwajah tiga itu pula yang sedang mengancam keselamatan bangsa dalam rangkaian Pemilu 2004 jika kita semua tidak waspada dan berhati-hati. Manusia bukan hanya daging, napas hidup, dan akal budi seperti ujar filsuf Marcus Aurelius. Manusia sejati adalah dewa pemaham dan penguasa atas diri sendiri.

Tidak ada komentar: